Minggu, 26 Desember 2010

Obat-Obat Yang Digunakan Untuk Merawat Hepatitis B

Infeksi Akut

Infeksi akut dengan hepatitis B biasanya tidak memerlukan perawatan. Pada kasus-kasus yang jarang, bagaimanapun, infkesi mungkin menyebabkan kegagalan hati yang mengancam nyawa. Pasien-pasien dengan kegagalan hati yang disebabkan oleh hepatitis B akut harus dievaluasi untuk transplantasi hati. Studi-studi kecil menyarankan bahwa obat lamivudine (Epivir) mungkin efektif dalam setting ini.

Infeksi Kronis

Jika seorang terinfeksi secara kronis dengan hepatitis B dan mempunyai sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala dari komplikasi-komplikasi, obat-obat biasanya tidak digunakan. Pasien-pasien ini diamati secara hati-hati dan diberikan tes-tes darah periodik. Satu tes mengukur 'viral load', yaitu, jumlah dari viral DNA dalam darah. Dokter-dokter akan merekomendasikan perawatan jika ada tanda-tanda bahwa virus mulai menyebabkan kerusakan atau jika viral load tinggi. Alasan lain untuk meresepkan obat adalah jika pasien mempunyai tes yang positif untukHepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah. HBeAg berhubungan dengan risiko yang meningkat dari kemajuan penyakit hati dan komplikasi-komplikasinya.
Pada hepatitis B kronis, tujuan dari perawatan adalah untuk mengurangi risiko dari komplikasi-komplikasi termasuk sirosis dan gagal hati. Bagaimanapun, itu memakan waktu berdekade-dekade untuk komplikasi-komplikasi terjadi, yang membuatnya sulit untuk mempelajari efek dari obat-obat. Sebagai pengganti untuk menunggu bertahun-tahun untuk menemukan apa yang terjadi, ilmuwan-ilmuwan telah menggunakan tes-tes seperti viral load atau tes-tes fungsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obatnya bekerja. Ini logis karena diketahui bahwa orang-orang yang mempunyai jumlah-jumlah yang besar dari virus dalan darah mereka berada pada risiko yang paling tinggi untuk mendapat sirosis. Sampai dengan satu pertiga dari orang-orang dengan viral loads yang sangat tinggi (lebih dari satu juta viral copies per mililiter darah) akan mengembangkan sirosis melalui satu dekade, dibanding pada hanya 4.5% dari mereka dengan viral loads yang rendah (lebih sedikit dari 300 viral copies per mililiter).
Obat-obat dapat mengurangi jumlah dari virus-virus dalam tubuh dan mungkin mampu untuk mengeliminasi virus dari aliran darah. Secara logis, ini harus menjurus pada mereka untuk mempunyai angka yang rendah dari kemajuan ke sirosis (<1% per tahun), meskipun studi-studi yang besar dan berjangka panjang masih belum dilakukan. Bahkan pada orang-orang yang menghapuskan virus dari darah mereka, jumlah-jumlah yang rendah dari virus-virus tetap hidup dalam hati dan sel-sel lain. Jadi, obat-obat tidak menyembuhkan penyakit, namun mereka dapat mencegah atau menunda komplikasi-komplikasi dan gejala-gejala. Orang-orang yang mempunyai respon yang baik pada perawatan tetap dapat menularkan virus. Dokter-dokter mengikuti tes-tes darah yang mengukur viral load dan fungsi hati dan mereka mungkin merekomendasikan biopsi-biopsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obat bekerja.
Obat-obat yang sekarang dalam penggunaan untuk hepatitis B kronis termasukinterferons dan nucleoside/nucleotide analogues. Agent-aget baru sedang dikembangkan meskipun mereka masih dibawah penyelidikan dan dipertimbangkan sebagai bersifat percobaan. Tidak ada petunjuk-petunjuk yang diterima yang memberitahukan bagaimana setiap pasien harus dirawat. Sebagai akibatnya, perawatan dibedakan dari orang ke orang.

Interferon

Interferon-alpha telah digunakan untuk merawat hepatitis B untuk lebih dari 20 tahun. Interferon-alpha adalah protein yang terjadi secara alami yang dibuat dalam tubuh oleh sel-sel darah putih untuk melawan infeksi-infeksi virus. Sebagai tambahan pada efek-efek anti virus langsungnya, interferon bekerja melawan virus hepatitis B dengan menstimulasi sistim imun tubuh untuk membersihkan virus. Dibanding pada agent-agent interferon alpha yang lebih lama, pegylated interferon alpha, dipasarkan sebagai Pegasys atau Pegintron, mempunyai jadwal pendosisan yang lebih menyenangkan, mungkin sedikit lebih efektif dan menekan virus-virus untuk periode waktu yang lebih lama. Pegylated interferon alpha diberikan sekali setiap minggu untk 48 minggu.
  • Pengurangan yang signifikan dalam viral load atau eliminasi dari DNA virus yang dapat dideteksi dari darah terjadi pada duapertiga dari orang-orang selama perawatan.
  • Tes-tes darah untuk fungsi-fungsi hati kembali normal pada kira-kira 40% orang-orang yang dirawat dengan interferon.
  • Orang-orang yang mempunyai kelainan-kelainan yang signifikan dalam fungsi hati sebelum terapi lebih mungkin merespon pada perawatan.
  • Mereka yang mempunyai tes-tes darah hati yang normal sebelum perawatan kurang mungkin merespon pada terapi interferon.
  • Hasil-hasil biopsi hati menunjukan perbaikan pada kira-kira sepertiga dari pasien-pasien.
Hanya 27%-32% dari orang-orang yang mempunyai Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah mereka akan mampu untuk mengeliminasi HBeAg dan menghasilkan antibodi-antibodi terhadap HBe antigen setelah perawatan dengan interferon. Kekambuhan mungkin terjadi setelah perawatan dihentikan.
Respon yang mendukung (viral load yang tidak dapat dideteksi dalam darah, tes-tes fungsi hati yang normal) terjadi pada kira-kira 15% sampai 30% dari pasien-pasien setelah obat dihentikan. Meskipun ini bukan penyembuhan (beberapa virus tetap hidup dalam hati dan ditempat lain), orang-orang dengan respon yang mendukung berada pada risiko yang rendah untuk komplikasi-komplikasi dari penyakit hati. Jika sistim imun dari respon dikompromikan, contohnya melalui penggunaan dari steroids atau memperoleh HIV, penyakit dapat berulang. Pengamatan periodik dari tes-tes darah dapat membantu menkonfirmasi bahwa respon berlanjut dipertahankan.

Efek-Efek Sampingan Interferon

Interferon menyebabkan beberapa efek-efek sampingan termasuk:
  • kelelahan, sakit-sakit otot keseluruhan, demam, kedinginan dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala seperti flu ini terjadi pada kira-kira 80% dari pasien-pasien yang dirawat;
  • turun naiknya suasana hati, depresi, ketakutan dan efek-efek neuropsychiatric lain mungkin terjadi; dan
  • kelainan-kelainan kelenjar tiroid yang berakibat ada hypothyroidism (terlalu sedikit hormon tiroid);
  • penindasan yang signifikan dari sumsum tulang dan produksi dari sel-sel darah;
  • infeksi;
  • atau kehilangan rambut (rontok) mungkin terjadi.
Efek-efek sampingan mungkin cukup parah sehingga pasien tidak mampu untuk meneruskan perawatan. Selama perawatan, respon imun normal pada virus distimulasi dan mungkin menyebabkan perburukan peradangan dalam hati. Ini normalnya adalah sinyal yang baik yang menunjukan bahwa interferon bekerja, namun respon-respon yang lebih ekstrim mungkin pada kasus-kasus yang jarang menyebabkan kegagalan hati. Jadi, dokter-dokter akan memonitor tes-tes darah secara ketat selama terapi. Orang-orang dengan penyakit hati yang tidak stabil yang disebabkan oleh sirosis biasanya harus tidak mengambil interferon karena risiko yang meningkat dari kegagalan hati.

Nucleoside/Nucleotide Analogues

Nucleoside/nucleotide analogues (NAs) adalah kimia-kimia yang dibuat manusia yang meniru nucleosides dan nucleotides yang digunakan untuk membuat DNA. Ketika virus mencoba untuk menggunakan analogues untuk membuat DNAnya sendiri, ia tidak mampu untuk membuat DNA dan, oleh karenanya, tidak dapat reproduksi. Contoh-contoh dari agent-agent ini termasuk adefovir (Hepsera),entecavir (Baraclude)lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin)telbivudine (Tyzeka) dan tenofovir (Viread).
  • Pada pasien-pasien yang mempunai HBeAg dalam darah mereka, NAs mengurangi viral load, meyebabkan virus menjadi tidak terdeteksi pada 21% sampai 67% dari pasien-pasien.
  • Normalisasi dari tes-tes darah hati terjadi pada 40% sampai 77%, dan kehilangan dari HBeAg terjadi pada kira-kira 12% sampa 22% dari kasu-kasus setelah satu tahun perawatan.
  • Hasil-hasil adalah lebih baik pada pasien-pasien yang tidak mempunyai HBeAg dalam darah mereka, dengan 50% sampai 90% mempunyai virus yang tidak dapat terdeteksi dan 60% sampai 80% mempunyai normalisasi dari tes-tes fungsi hati.
Pada studi tahun 2004 pada orang-orang yang telah mempunyai sirosis dari hepatitis B, perawatan dengan lamivudine memotong risiko kanker hati dan kegagalan hati yang progresif dengan lebih dari 50%. NAs yang lebih baru seperti entecavir (Baraclude) dan telbivudine (Tyzeka) nampak mempunyai angka-angka respon yang lebih tinggi daripada agent-agent yang lebih lama seperti lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), namun ada lebih sedikit pengalaman dengan NAs ini.
Sayangnya, virus hepatitis B mungkin menjadi resisten pada NAs melalui waktu (lihat bawah). Adefovir mungin efektif terhadap strain-strain dari virus yang telah menjadi resisten pada lamivudine dan mungkin ditambahkan pada lamivudine jika resisten nampak. Hanya mengubah dari satu NA ke lainnya tidak direkomendasikan karena ini menjurus pada starin-strain virus yang resisten pada banyak obat-obat.
Sekarang ini, durasi yang optimal dari perawatan dengan nucleoside/nucleotide analogues tidak pasti. Orang-orang dengan HBeAg mungkin dirawat sampai enam bulan setelah HBeAg menghilang dari darah dan digantikan oleh antibodi-antibodi (anti-HBe), jika ini terjadi. Pada orang-orang tanpa HBeAg, titik-titik akhir adalah kurang jelas. Beberapa ahli-ahli mendukung perawatan hingga viral load (viral DNA) tidak terdeteksi dan surface antigen (HbsAg) telah dibersihkan dari darah. Yang lain-lain menyarankan meneruskan obat-obat untuk periode-periode yang berkepanjangan untuk menekan virus. Semua dari strategi-strategi ini dihambat oleh risiko dari virus menjadi resisten pada obat-obat. Pasien-pasien yang menghentikan perawatan dengan NAs harus dimonitor secara hati-hati untuk hepatitis yang berulang, yang mungkin adalah parah.

Mengapa Virus Hepatitis B Menjadi Resisten Terhadap Nucleoside/Nucleotide Analogues ?

Tantangan utama yang berhubungan dengan terapi jangka panjang dengan NAs adalah perkembangan dari resisten virus pada NAs. Resisten ini berakibat dari perubahan (mutasi) dalam materi genetik virus.
  • Untuk lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), kejadian dari resisten adalah 25% setelah satu tahun dan setinggi 50% setelah tiga tahun perawatan.
  • Dengan telbivudine (Tyzeka), angka-angka resisten adalah 5% sampai 11% setelah satu tahun.
Oleh karenanya, beberapa petunjuk-petunjuk tidak merekomendasikan lamivudine atau telbivudine sendirian sebagai perawatan pertama untuk hepatitis B kronis.
Untuk NAs lain seperti adefovir (Hepsera), resisten adalah kurang umum setelah satu tahun terapi namun meningkat sampai 30% setelah lima tahun. Hasil-hasil awal dengan entecavir (Baraclude) menyarankan bahwa resisten mungkin tidak umum dengan agnet ini. Jika resisten terjadi, viral load mungkin naik atau tes-tes darah hati mungkin menjadi abnormal.

Adakah Perawatan Yang Lebih Disukai Untuk Hepatitis B Kronis ?

Tidak ada petunjuk-petunjuk yang jelas untuk merekomendasikan agent mana yang digunakan pertama dalam merawat hepatitis B kronis. Interferon diberikan untuk periode waktu yang tertentu dan mungkin mempunyai respon yang lebih berkepanjangan setelah obat-obat dihentikan daripada NAs. Bagaimanapun, interferon diberikan sebagai suntikan, dan efek-efek sampingan seringkali menyusahkan. NAs diberikan sebagai pil dan mempunyai sedikit efek-efek sampingan, namun durasi perawatan tidak jelas, dan terapi yang berkepanjangan mungkin diperlukan. NAs mungkin disukai pada pasien-pasien dengan penyakit yang tidak stabil dan sirosis karena mereka diperkirakan kurang mungkin menyebabkan flare-flare yang serius dari hepatitis dengan penyakit hati yang lebih parah.Untuk pengobatan alternatif bisa menggunakan madu, hal ini banyak dibuktikan oleh penderita hepatitis B yang berobat pada Ustadz Galih Gumelar yang dengan izin Allah swt melalui teknik beliau dengan metode madu maka bayak penderita Hepatitis b menyukai cara penyembuhannya dan berangsur sembuh.

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon