Jumat, 23 Juli 2010

Minum Kopi Tak Ganggu Prostat


Pengobatan Ustadz Galih Gumelar - Pria pencinta kopi tak perlu khawatir lagi hobinya menyeruput kopi bakal mengganggu kesehatan prostatnya. Laporan studi terbaru menunjukkan tidak ada kaitan antara kopi dengan risiko kanker prostat.

Dalam sebuah analisa terhadap lusinan studi mengenai kebiasaan ngopi dan risiko kanker prostat, para peneliti menyimpulkan tidak ditemukan bukti yang cukup kuat antara kopi dengan penyakit yang jadi momok kaum pria itu.

Sebelumnya beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara kebiasaan minum kopi dengan beberapa kanker, meski ada juga penelitian yang menyebutkan kopi justru mengurangi risiko kanker. Dalam studi yang dipublikasikan bulan lalu misalnya, ditemukan bahwa kopi akan mengurangi risiko kanker di bagian kepala dan leher.


Sementara itu studi mengenai kopi dan kanker prostat tidak menunjukkan kesimpulan yang meyakinkan. Karena ada studi yang menunjukkan kaitan, namun ada pula studi yang mengatakan minum kopi tak berpengaruh pada munculnya kanker prostat.

Pada analisa studi yang dilakukan tim adari Korea Selatan ini disebutkan bahwa sejauh ini tidak ditemukan bukti yang kuat. Justru, kafein dalam kpi memiliki efek positif dan negatif terhadap risiko kanker. Dalam studi terhadap hewan percobaan diketahui kafein justru menekan pertumbuhan tumor.

Alih-alih mengerem kebiasaan ngopi, para ahli memberi rekomendasi cara untuk mengurangi risiko terkena penyakit ini. Antara lain menurunkan kolesterol, mengurangi asupan lemak, memperbanyak sayuran, serta membatasi alkohol

Vaksin Massal Hepatitis Perlu Dievaluasi


Pengobatan Galih Gumelar - Program vaksinasi massal vaksinasi hepatitis B untuk bayi sebaiknya dievaluasi ulang. Pola vaksin dikhawatirkan gagal membangun antibodi pada anak-anak sehingga tetap rentan pada virus itu. Guru Besar Mikrobiologi Univesitas Airlangga Maria Inge Lusida mengatakan, kegagalan pembangunan antibodi itu terekam dalam penelitian di salah satu kabupaten di Jawa Timur tahun lalu.
Dalam penelitian bersama tim Universitas Kobe, Jepang itu diketahui hanya 23,6 persen anak punya antibodi untuk hepatitis B. "Ada 80 persen anak sudah mendapat vaksinasi hepatitis B," ujarnya. Dengan demikian, ada 76,7 persen anak di kabupaten itu rentan mengidap hepatitis B. Dalam jangka panjang, virus itu dapat mengakibatkan kanker hati atau sirosis hati. "Kami menemukan ada jeda waktu kelahiran dan vaksinasi. Sebagian anak baru mendapat vaksin setelah berumur dua bulan," ujarnya. Padahal, tidak ada kepastian bayi tertular virus hepatitis B dari ibunya atau tidak. Jika tertular, ada waktu bulan bagi virus untuk beradaptasi dengan tubuh anak. Vaksinasi setelah usia dua bulan dikhawatirkan malah memicu mutasi virus. "Saya mengusulkan evaluasi ulang program vaksinasi hepatitis B yang sudah berlangsung sejak 1997," ujarnya.

"Cepat Keluar" Bukan Berarti Tak Subur

Pengobatan Galih Gumelar - Pria ini mengalami ejakulasi dini dan belum bisa menghamili istrinya. Penjual obat mengatakan spermanya encer, lalu memberinya obat. Ini adalah khas penipuan penjual obat, sebab tak ada kaitan antara ejakulasi dini dengan kesuburan. Dan tidak ada obat yang dapat mengatasi ejakulasi dini sekaligus ketidaksuburan.

“Umur saya 36, istri 33 tahun. Kami sudah menikah selama tiga tahun, tetapi istri belum hamil juga. Sejak menikah, saya mengalami ejakulasi dini, cepat sekali keluar sperma kalau melakukan hubungan suami istri. Saya pernah membeli obat dan mendapat penjelasan bahwa sperma cepat keluar artinya sperma encer dan tidak subur, makanya istri tidak bisa hamil.

Saya sudah tiga bulan minum obat itu, tetapi istri belum hamil dan sperma tetap cepat keluar. Apakah kalau waktu berhubungan seksual, sperma tidak cepat keluar berarti tidak encer dan istri bisa hamil? Bagaimana caranya agar istri bisa hamil karena sudah cukup lama kami menikah?

Berapa kali sebaiknya melakukan hubungan suami istri agar cepat hamil? Selama ini kami melakukan hubungan tiga kali seminggu. Apa harus lebih sering?”

S.R., Malang

Salah Pengertian
Setelah membaca surat Anda, saya mendapatkan tiga kesalahan pengertian yang berkaitan dengan seks dan sperma. Pertama, tidak ada istilah sperma encer dalam dunia kedokteran. Jadi penjelasan yang Anda terima ketika membeli obat itu adalah tidak benar. Kedua, tidak ada kaitan antara ejakulasi yang cepat dengan tidak subur. Ketiga, mengonsumsi obat tanpa mengetahui jelas untuk apa adalah sebuah kebodohan.


Pria yang tidak mampu mengontrol ejakulasinya, sehingga selalu mengalami ejakulasi yang terlampau cepat, disebut ejakulasi dini. Gangguan ini tergolong gangguan fungsi seksual karena menimbulkan gangguan dalam hubungan seksual, baik bagi pria yang mengalaminya maupun pasangannya. Jadi tidak ada hubungannya dengan gangguan kesuburan.

Pria yang mengalami ejakulasi dini, mungkin saja spermanya normal, yang berarti kesuburannya normal pula. Sebaliknya, pria yang tidak mengalami ejakulasi dini, mungkin saja spermanya terganggu, sehingga kesuburannya juga terganggu. Jadi tidak ada hubungan sama sekali antara kesuburan dengan cepat tidaknya ejakulasi.

Dengan penjelasan ini saya harap Anda mengerti bahwa tidak mungkin ada obat yang sekaligus mengatasi ejakulasi dini dan memperbaiki kesuburan. Masalahnya, kedua gangguan itu ditimbulkan oleh penyebab yang berbeda. Jadi saya berani memastikan bahwa penjual obat itu adalah orang yang tidak mengerti apa yang dia lakukan, selain hanya ingin menjual dan mendapatkan keuntungan.

Dua Kali Seminggu Oke
Untuk mengetahui bagaimana keadaan kesuburan Anda, tentu sperma Anda harus diperiksa. Itu pun tidak cukup hanya dengan sekali periksa. Andai ada gangguan kesuburan, perlu diketahui apa penyebabnya. Selanjutnya barulah dapat diberikan pengobatan yang benar. Jadi tidak asal mengonsumsi obat, apalagi yang tidak jelas.

Di sisi lain, ejakulasi dini juga dapat diatasi dengan pengobatan untuk mengontrol ejakulasi. Jadi pengobatan ejakulasi dini sama sekali tidak ada kaitannya dengan memperbaiki kesuburan. Karena itu, sungguh menggelikan kalau obat yang Anda gunakan itu diinformasikan dapat mengatasi ejakulasi dini sekaligus memperbaiki kesuburan.

Tentu saja frekuensi hubungan seksual penting diperhatikan. Hubungan seksual harus berlangsung pada saat subur wanita agar kehamilan dapat terjadi. Hubungan seksual yang teratur dua kali seminggu dianggap baik untuk menghasilkan kehamilan. Alasannya, dengan frekuensi itu kualitas dan kuantitas sperma cukup optimal, dan pada suatu ketika akan berlangsung pada saat subur wanita. Tentu saja kalau tidak ada gangguan kesuburan dan sistem reproduksi pada kedua pihak.

Namun, kalau di pihak wanita ada gangguan kesuburan atau gangguan pada sistem reproduksi, akan terjadi hambatan kehamilan. Karena itu, istri Anda juga harus menjalani pemeriksaan untuk mengetahui bagaimana keadaan kesuburan dan sistem reproduksinya.