Pengobatan-galihgumelar .com - Bahasa merupakan elemen terpenting dalam komunikasi. semua yang ada di alam semesta memerlukan komunikasi untuk berlangsungnya sirkulasi kehidupan, baik hewan, tumbuhan, manusia, dan alam itu sendiri. Karena beragamnya subjek, maka bahasa yang dimunculkan sangat beragam. Contohnya manusia itu sendiri, karena beragamnya bangsa maka bahasanya pun berbeda pula. Setiap elemen masyarakat juga memiliki bahasa atau istilah tersendiri di kalangan mereka yang secara sadar atau tidak, bahasa atau istilah itu mereka sepakati demi terciptanya keselarasan pandang. Contohnya, bidang pertanian, perbankan, elektronik memilki istilah-istilah tersendiri yang telah disepakati sebagai alat komunikasi.
Dalam bidang kedokteran juga memilki sejarah yang unik tentang pengistilahan (terminologi) yang mereka gunakan dari masa ke masa. Dimulai dari ilmu kedokteran tertua di dunia yaitu kedokteran China yang terkenal dengan prinsip Ba Gang/8 dasar (yin-yang, panas-dingin, luar-dalam, kuat-lemah) dan Wu Xing/5 unsur (kayu, api, tanah, logam, dan air), kemudian ada kedokteran Yunani kuno dengan teori pembagian 4 unsur humoral tubuh oleh Galenius yaitu darah, empedu kuning, empedu hitam, dan lendir. Di Timur-Tengah ada Ibnu Sina dengan teori 4 unsurnya (tanah, udara, air, dan api) dan klasifikasi sifat penyakit berdasarkan sifat dasar alam yaitu panas, dingin, lembab, kering juga gabungan diantara sifat dasar itu yaitu panas-lembab, panas-kering, dingin-lembab, dingin-kering. juga berbagai kedokteran lainnya yang memiliki pengistilahan sendiri seperti Ayurveda dari India, Hang Bang dari Korea atau yang lebih dikenal dengan KOM (Korean Oriental Medicine), dan lainnya.
Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
Istilah yang Digunakan Rasulullah SAW Dalam Pengklasifikasian Unsur Makanan
Kekasih kita Muhammad S.A.W juga menerapkan bahasa/istilah tersendiri dalam mengklasifikasikan sesuatu, misalkan pengklasifikasian makanan dan pengobatan. Dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far, diriwayatkan bahwa ia menceritakan: aku pernah melihat Rasulullah SAW menyantap timun dengan kurma masak. Juga hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Nabi SAW bahwa beliau pernah makan semangka dicampur dengan kurma muda yang sudah masak, beliau bersabda,”Panas di buah ini dinetralisir oleh unsur dingin di buah ini. Apakah pelajaran yang bisa dipetik dari hadist di atas? Ada 2 kata sebagai kata kuncinya. “panas” dan “dingin”. Kedua kata tersebut adalah anonim/lawan kata yang sifatnya beranti-pati. Panas dan dingin merupakan hukum alam, dimana jika unsur panas lebih dominan daripada unsur dingin atau unsur dingin lebih dominan dari pada unsur panas maka akan terjadi ketidakseimbangan, jika ketidakseimbangan itu terjadi pada tubuh, maka tubuh akan sakit. Jika unsur panas dan dingin seimbang, maka tubuh akan sehat. Itulah yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mengatur pola makan. Walau jenis makanan yang dikonsumsi beragam, beliau juga memperhatikan keseimbangan unsur atau kadar gizi makanannya. Maka tidak heran jika Rasulullah SAW jarang sekali sakit. Dalam hadist lain, diriwayatkan olej At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam sunan-nya dari hadist Asma’ binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah SAW pernah bertanya kepanya, “Obata apa yang engkau gunakan sehungga engkau bisa berjalan lagi?” Asma menjawab, “Kacang kedelai.” Beliau berkata, “Itu kacang yang panas sifatnya.” Mari kita tela’ah bersama mengapa sakit yang diderita Asma binti Umais bisa sembuh dengan kacang kedelai yang memilki sifat panas. Tidak diragukan lagi bahwa penyakit yang mengakibatkan Asma binti Umais tidak bisa berjalan adalah bersifat “dingin”, sehingga Allah SWT mempertemukan obatnya berupa kacang kedelai yang memilki sifat anti-pati dari penyakit itu. Wallahu a’lam bishawab.
Kekasih kita Muhammad S.A.W juga menerapkan bahasa/istilah tersendiri dalam mengklasifikasikan sesuatu, misalkan pengklasifikasian makanan dan pengobatan. Dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far, diriwayatkan bahwa ia menceritakan: aku pernah melihat Rasulullah SAW menyantap timun dengan kurma masak. Juga hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Nabi SAW bahwa beliau pernah makan semangka dicampur dengan kurma muda yang sudah masak, beliau bersabda,”Panas di buah ini dinetralisir oleh unsur dingin di buah ini. Apakah pelajaran yang bisa dipetik dari hadist di atas? Ada 2 kata sebagai kata kuncinya. “panas” dan “dingin”. Kedua kata tersebut adalah anonim/lawan kata yang sifatnya beranti-pati. Panas dan dingin merupakan hukum alam, dimana jika unsur panas lebih dominan daripada unsur dingin atau unsur dingin lebih dominan dari pada unsur panas maka akan terjadi ketidakseimbangan, jika ketidakseimbangan itu terjadi pada tubuh, maka tubuh akan sakit. Jika unsur panas dan dingin seimbang, maka tubuh akan sehat. Itulah yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mengatur pola makan. Walau jenis makanan yang dikonsumsi beragam, beliau juga memperhatikan keseimbangan unsur atau kadar gizi makanannya. Maka tidak heran jika Rasulullah SAW jarang sekali sakit. Dalam hadist lain, diriwayatkan olej At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam sunan-nya dari hadist Asma’ binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah SAW pernah bertanya kepanya, “Obata apa yang engkau gunakan sehungga engkau bisa berjalan lagi?” Asma menjawab, “Kacang kedelai.” Beliau berkata, “Itu kacang yang panas sifatnya.” Mari kita tela’ah bersama mengapa sakit yang diderita Asma binti Umais bisa sembuh dengan kacang kedelai yang memilki sifat panas. Tidak diragukan lagi bahwa penyakit yang mengakibatkan Asma binti Umais tidak bisa berjalan adalah bersifat “dingin”, sehingga Allah SWT mempertemukan obatnya berupa kacang kedelai yang memilki sifat anti-pati dari penyakit itu. Wallahu a’lam bishawab.
Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
Istilah yang Digunakan Rasulullah SAW dan Para Ulama Ahli Kedokteran Nabi (thibbun nabawi) Dalam Pengklasifikasian Prinsip Pengobatan
Diriwayatkan dalam kitab Shahih AL-Bikhari da Muslim, dari Nafi, dari Ibnu Umar bahwa nabi SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya demam itu atau demam yang berat itu berasal dari uap api jahannam. Maka dinginkanlah dengan air”. Api dan air merupakan fenomena alam yang saling terbalik/anti-pati. Api itu panas sedangkan air itu dingin, api membumbung ke atas sedangkan air berjalan ke bawah. Contoh lainnya adalah hadist dari Anas radhiallahu anhu, ia berkata,“Rasulullah SAW bersabda: jika terjadi panas memuncak, maka netralisirkanlah dengan bekam sehingga tidak terjadi darah yang berlebih pada seorang diantara kalian yang akan membunuhnya” (HR. Al Hakim). Isyarat yang terkandung dari hadist di atas, bahwa panas yang terjadi karena darah berlebih harus di dinginkan dengan pembekaman. Mengingat salah satu fungsi darah adalah memanaskan tubuh, jika berlebih akan memuncak/menimbulkan penyakit, jadi harus mengurangi yang berlebih. maka terciptalah suatu kaidah prinsip terapi berdasarkan anti-pati dari sifat penyakitnya yaitu jika panas harus didinginkan dan jika dingin harus dipanaskan, jika berlebih(ekses) harus dikurangi(sedasi) dan jika kekurangan(defisien) harus ditambah(tonifikasi). Hal tersebut merupakan aplikasi bahasa/istilah/terminologi yang juga di terapkan oleh para pakar thibbun nabawi terkemuka seperti Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, Ibnu Sina, Musa Alu Nashr, dan lainnya.
Diriwayatkan dalam kitab Shahih AL-Bikhari da Muslim, dari Nafi, dari Ibnu Umar bahwa nabi SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya demam itu atau demam yang berat itu berasal dari uap api jahannam. Maka dinginkanlah dengan air”. Api dan air merupakan fenomena alam yang saling terbalik/anti-pati. Api itu panas sedangkan air itu dingin, api membumbung ke atas sedangkan air berjalan ke bawah. Contoh lainnya adalah hadist dari Anas radhiallahu anhu, ia berkata,“Rasulullah SAW bersabda: jika terjadi panas memuncak, maka netralisirkanlah dengan bekam sehingga tidak terjadi darah yang berlebih pada seorang diantara kalian yang akan membunuhnya” (HR. Al Hakim). Isyarat yang terkandung dari hadist di atas, bahwa panas yang terjadi karena darah berlebih harus di dinginkan dengan pembekaman. Mengingat salah satu fungsi darah adalah memanaskan tubuh, jika berlebih akan memuncak/menimbulkan penyakit, jadi harus mengurangi yang berlebih. maka terciptalah suatu kaidah prinsip terapi berdasarkan anti-pati dari sifat penyakitnya yaitu jika panas harus didinginkan dan jika dingin harus dipanaskan, jika berlebih(ekses) harus dikurangi(sedasi) dan jika kekurangan(defisien) harus ditambah(tonifikasi). Hal tersebut merupakan aplikasi bahasa/istilah/terminologi yang juga di terapkan oleh para pakar thibbun nabawi terkemuka seperti Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, Ibnu Sina, Musa Alu Nashr, dan lainnya.
Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
Istilah Dalam Kedokteran Tradisional China yang Selaras dengan Thibbun Nabawi
Pembahasan berikut ini adalah istilah dalam kedokteran China yang berbeda secara bahasa, namun sama maksud, tujuan,dan cara pandangnya.
Pembahasan berikut ini adalah istilah dalam kedokteran China yang berbeda secara bahasa, namun sama maksud, tujuan,dan cara pandangnya.
- Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China dalam Ba Gang
Ba Gang merupakan 8 dasar diagnosa, yang terdiri dari Yin-Yang; panas-dingin; ekses-defisien; luar-dalam. Dasar-dasar tersebut selaras dengan penerapan klasifikasi unsur pada thibbun nabawi, dimana kaidah prinsip terapi yang digunakan adalah antip-pati dari sifat penyakit. - Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China seperti Prinsip pencegahan penyakit
Dalam Huang Di Neijing dijelaskan bahwa seseorang yang berobat ketika sakit datang, sama halnya dengan membuat pedang ketika musuh menyerang atau menggali sumur ketika haus. Dari pernyataan tersebut dapat kita pahami pentingnya pencegahan penyakit. Sama dengan Thibbun nabawi, ketika kita memperhatikan pola hidup Rasulullah SAW dalam menjaga pola makannya. Terlebih ketika Rasulullah SAW menerapkan system karantina terhadap suatu daerah yang terserang wabah pes, Nabi SAW bersabda,”Apabila terjadi wabah pes disuatu negeri sementara kalian berada di dalam negeri tersebut, janganlah kalian keluar. Bila wabah itu terjadi disuatu negeri sementara kalian berada di luar negeri tersebut, jangan kalian memasukinya.” Itu merupakan upaya preventif agar penyakit tidak menyebar lebih luas lagi. - Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China dalam Pola makan
Kedokteran China juga menyebutkan tentang pola makan yang baik. Hendaknya ketika makan, kadar kekenyangan maksimal harus 70%. Berarti ada 30% rongga lambung yang tidak terisi makanan dan air, atau bisa dikatakan tidak boleh makan sampai kenyang. Sama halnya dengan petunjuk Rasulullah SAW tentang adab makan. Nabi SAW bersabda,”tidak ada bencana yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri. Cukuplah sesorang itu mengkonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi 1/3 perutnya dengan makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 sisanya untuk nafasnya” (shahih At-Tirmidzi). Berarti ada 1/3 rongga lambung yang kosong. Jika diprosentase. 1/3 dari 3/3 adalah 33,3% bagian rongga lambung yang kosong menurut pandangan thibbun nabawi, sedangkan menurut pandangan kedokteran China 30% bagian rongga lambung yang kosong. Cara pandang yang nyaris sama. Subhanallah! - Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China dalam Pola tidur
Anjuran di dalam kedokteran China, hendaknya kita tidur lebih awal, terutama pada 23.00 – 01.00. karena pada saat itu Yang-Qi (energi Yang) sedang memasuki tubuh. Dalam arti lain, malam hari adalah waktu untuk organ tubuh istirahat yang seharusnya terhindar dari aktivitas berat, sehingga dengan tidur regenersi sel akan berlangsung dengan baik. Sedangkan dalam islam, dianjurkan untuk tidur malam lebih awal agar lebih mudah bangun tengah malam untuk sholat. Intinya, kedokteran China dan thibbun nabawi sama-sama tidak menganjurkan begadang, apalagi yang tidak ada manfaat sama sekali. Wallahu a’lam. - teknik terapi
Prinsip dan teknik terapi berdasarkan anti-pati dari sifat penyakit sudah dibahas sebelumnya. Namun juga ada teknik terapi yang sama diantara keduanya, misalkan teknik memuntahkan, teknik mengeringatkan untuk mengeluarkan patogen, herbal, dan bekam. - Dan kesamaan-kesamaan lainnya
Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
HIKMAH ATAS MISTERI TERSEBUT
Mengapa banyak sekali persamaan baik kaidah maupun metode yang diterpkan thibbun nabawi dan kedokteran China?? Itulah misteri yang harus kita gali bersama jawabannya. Mungin, salah satu caranya adalah dengan melihat sejarah. Berdasarkan sejarah, negeri China adalah yang paling awal mengembangkan pengobatan, yaitu 5000 tahun sebelum masehi. Sangat pantas kalau mereka lebih maju dan lebih sistematis dalam tatanan standarisasi kedokteran, karena mereka telah melakukan percobaan selama ribuan tahun. Jika dibanding dengan metode pengobatan nabi yang kemunculannya lebih baru dan tidak ada standarisasi diagnosa yang sistematis layaknya kedokteran China. Namun, sebelum masa kedokteran China muncul, adakah fator-faktor yang mempengaruhinya? Tapi, menurut hemat penulis, metode pengobatan nabi sangat amat jauh lebih mulia dari metode pengobatan apapun, karena metode tersebut turun berdasarkan wahyu dari dzat yang Maha Mulia. Tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga selama ribuan tahun untuk mencari metode pengbatan tertentu yang sesuai. Coba kita bayangkan, perlu waktu berapa lama rangkaian proses yang diperlukan para peneliti pengobatan jaman dulu untuk menemukan resep titik akupunktur pada tubuh sebagai media pengobatan, yang tentunya dengan beberapa kali trial and error. Namun, tidak diperlukan waktu yang lama bagi Allah SWT Sang Pemilik kerajaan langit dan bumi untuk mewahyukan resep titik bekam kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Insya Allah, penulis meyakini pasti masih banyak lagi hikmah dan kesamaan-kesamaan lainnya yang terkandung dalam kesamaan kedokteran Nabi SAW dan kedokteran China yang belum tertulis pada pembahasan ini, yang disebabkan terbatasnya ilmu penulis dan ketidak sempurnaan dalam mencari hikmah.
Mengapa banyak sekali persamaan baik kaidah maupun metode yang diterpkan thibbun nabawi dan kedokteran China?? Itulah misteri yang harus kita gali bersama jawabannya. Mungin, salah satu caranya adalah dengan melihat sejarah. Berdasarkan sejarah, negeri China adalah yang paling awal mengembangkan pengobatan, yaitu 5000 tahun sebelum masehi. Sangat pantas kalau mereka lebih maju dan lebih sistematis dalam tatanan standarisasi kedokteran, karena mereka telah melakukan percobaan selama ribuan tahun. Jika dibanding dengan metode pengobatan nabi yang kemunculannya lebih baru dan tidak ada standarisasi diagnosa yang sistematis layaknya kedokteran China. Namun, sebelum masa kedokteran China muncul, adakah fator-faktor yang mempengaruhinya? Tapi, menurut hemat penulis, metode pengobatan nabi sangat amat jauh lebih mulia dari metode pengobatan apapun, karena metode tersebut turun berdasarkan wahyu dari dzat yang Maha Mulia. Tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga selama ribuan tahun untuk mencari metode pengbatan tertentu yang sesuai. Coba kita bayangkan, perlu waktu berapa lama rangkaian proses yang diperlukan para peneliti pengobatan jaman dulu untuk menemukan resep titik akupunktur pada tubuh sebagai media pengobatan, yang tentunya dengan beberapa kali trial and error. Namun, tidak diperlukan waktu yang lama bagi Allah SWT Sang Pemilik kerajaan langit dan bumi untuk mewahyukan resep titik bekam kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Insya Allah, penulis meyakini pasti masih banyak lagi hikmah dan kesamaan-kesamaan lainnya yang terkandung dalam kesamaan kedokteran Nabi SAW dan kedokteran China yang belum tertulis pada pembahasan ini, yang disebabkan terbatasnya ilmu penulis dan ketidak sempurnaan dalam mencari hikmah.
Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
SEBAGAI MUSLIM, APA YANG HARUS KITA LAKUKAN DALAM HAL INI?
Tugas kita sebagai seorang muslim, adalah menjaga sunnah-sunnah Rasulullah SAW, termasuk metode pengobatan yang dianjurkan beliau dengan berlandaskan ilmu, bukan berdasarkan ketaqlid’an buta. Jika kita tidak menjaganya dengan berlandaskan ilmu, maka akan menghancurkan thibbun nabawi itu sendiri. Bukankah Rasulullah telah mengingatkan seperti yang tercantum dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-nasa’i, dan Ibnu Majah dari hadist Amru bin Syuaib, dari ayhnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang melakukan tugas medis, sementara sebelumnya ia belum mempelajari ilmu pengobatan, maka ia bertanggung jawab (terhadap hasinya).” Salah satu cara menjaganya adalah dengan melindunginya dari praktik-praktik yang bisa menimbulkan kemudharatan, sehingga menjadi faktor penghambat dakwah metode pengobatan Nabi SAW. Dengan segala keterbatasan ilmu yang dimilki manusia, tidak ada salahnya kita mensinergikan dengan ilmu pengobatan lain, yang bertujuan agar thibbun nabawi menjadi lebih baik. Tentunya kita harus selalu berdoa mohon petunjuk kepada Allah agar dihindarkan dari hal-hal buruk ketika berijtihad. Berasal dari manapun ilmu pengobatan yang disinergikan dengan thibbun nabawi tidak akan menjadi masalah selama kita bisa mengambil manfaatnya saja dan meninggalkan mudharatnya, tentunya dengan rambu-rambu syari’at yang menghindarkan kita dari unsur yang dapat merusak aqidah seperti unsur-unsur kurofat, tahayul, dan kesyirikan, naudzubillah mindzalik.
Tugas kita sebagai seorang muslim, adalah menjaga sunnah-sunnah Rasulullah SAW, termasuk metode pengobatan yang dianjurkan beliau dengan berlandaskan ilmu, bukan berdasarkan ketaqlid’an buta. Jika kita tidak menjaganya dengan berlandaskan ilmu, maka akan menghancurkan thibbun nabawi itu sendiri. Bukankah Rasulullah telah mengingatkan seperti yang tercantum dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-nasa’i, dan Ibnu Majah dari hadist Amru bin Syuaib, dari ayhnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang melakukan tugas medis, sementara sebelumnya ia belum mempelajari ilmu pengobatan, maka ia bertanggung jawab (terhadap hasinya).” Salah satu cara menjaganya adalah dengan melindunginya dari praktik-praktik yang bisa menimbulkan kemudharatan, sehingga menjadi faktor penghambat dakwah metode pengobatan Nabi SAW. Dengan segala keterbatasan ilmu yang dimilki manusia, tidak ada salahnya kita mensinergikan dengan ilmu pengobatan lain, yang bertujuan agar thibbun nabawi menjadi lebih baik. Tentunya kita harus selalu berdoa mohon petunjuk kepada Allah agar dihindarkan dari hal-hal buruk ketika berijtihad. Berasal dari manapun ilmu pengobatan yang disinergikan dengan thibbun nabawi tidak akan menjadi masalah selama kita bisa mengambil manfaatnya saja dan meninggalkan mudharatnya, tentunya dengan rambu-rambu syari’at yang menghindarkan kita dari unsur yang dapat merusak aqidah seperti unsur-unsur kurofat, tahayul, dan kesyirikan, naudzubillah mindzalik.
Kedokteran China sangat memungkinkan untuk disinergikan mengingat banyak sekali prinsip-prinsip yang selaras dan metode diagnosa yang sistematis, juga titik akupuktur yang bisa dimanfaatkan sebagai titik tambahan dalam terapi bekam. Kedokteran modern juga layak disinergikan, salah satunya adalah standarisasi sterilisasinya yang lebih bagus dan tata laksana yang lebih aman dan dapat dipertanggung jawabkan. Seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran, tidak menutup kemungkinan, ada poin-poin tertentu dari metode kedokteran lainnya yang bisa disinergikan dengan thibbun nabawi. Wallahu a’lam bishawab. [based on Abu Kandra’s mind]
Referensi Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China:
- Metode pengobatan Nabi SAW karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyah
- Bekam cara pengobatan menurut sunnah karya Muhammad Musa Alu nashr
- Huang Di Neijing
- Basic of Traditional Chinesse Medicine karya Long Zhixian
- Greek biology and Medicine karya Henry Osborn Taylor
EmoticonEmoticon