Mendengar kata lanjut usia atau tua, imajinasi kita barangkali terbawa ke seseorang yang tua renta, keriput, bongkok, berjalan tertatih-tatih. Oleh karena itu, banyak di antara kita yang takut untuk menjadi tua. Padahal menjadi tua merupakan realita hidup yang tak bisa ditolak. Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan dan program-program yang terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup sehingga mau tidak mau jumlah penduduk lanjut usia makin meningkat. Saat ini dikenal beberapa istilah untuk golongan lanjut usia, di antaranya manula, manusil, lansia, dan glamur, yang semuanya berarti manusia lanjut usia atau golongan lanjut umur. Batasan lanjut usia menurut WHO South East Asia Regional Office (Organisasi Kesehatan Dunia untuk Regional Asia Selatan dan Timur) adalah usia lebih dari 60 tahun. Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia adalah Geriatri yang berasal dari kata geros dan iatreia (Geros = Usia Lanjut, iatreia = merawat / merumat). Faktor - faktor yang dihadapi para lansia dengan berjalannya waktu yang secara alamiah tidak dapat dihindari dan akan mempengaruhi kesehatannya antara lain: 1. Penurunan kondisi fisik 2. Penurunan fungsi dan potensi seksual 3. Perubahan aspek psikososial 4. Perubahan yang berhubungan dengan pekerjaan 5. Perubahan dalam peran di masyarakat Walaupun proses menua tidak dapat dihindari namun panjang umur dan awet muda menjadi dambaan setiap insan sejak jaman dahulu. Banyak cara yang dilakukan oleh orang – orang di seluruh belahan dunia untuk dapat panjang umur. Namun apa boleh buat proses menua atau aging process merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh kita semua di dunia ini. Ada beberapa teori tentang terjadinya proses penuaan ini yaitu teori erosi, teori mutasi, teori imunologik, teori hasil sisa (waste product), teori ikatan silang (cross linked), dan teori radikal bebas (free radical).dan hingga sekarang dari berbagai teori diatas belum ada definisi yang memuaskan yang bisa menjelaskan mengapa proses menua ini terjadi. Yang menjadi tantangan bagi kita dan tidak kalah pentingnya sebenarnya ialah bagaimana agar pada lanjut usia bisa tetap hidup berkualitas dalam arti tetap sehat secara fisik, psikologis dan sosial karena pada lanjut usia cenderung berpotensi timbulnya masalah kesehatan. Pola penyakit pada lanjut usia, berbeda dengan usia anak-anak dan usia muda. Penyakit pada golongan lanjut umur mempunyai spesifikasi sendiri, yang disebut penyakit degeneratif antara lain aterosklerosis (kekakuan / perkapuran pembuluh darah), hipertensi, stroke, penyakit sendi dan tulang, rematik, osteoporosis, kanker, beser, bingung, mudah lupa (gangguan memori / amnesia), sulit belajar materi baru, sulit tidur (insomnia), gangguan penglihatan, gangguan bicara dsb. Lalu haruskah sakit di hari tua? Tentunya jawabannya tidak, karena dapat dilakukan pencegahan namun harus dilakukan sejak usia dewasa dan masih sehat tentunya. Namun hal ini mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar sehat di hari tua. Kuncinya adalah pola hidup sehat dijadikan sebagai sebuah prioritas dan budaya dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan upaya upaya pencegahan sebagai berikut: a. Kegiatan fisik yang cukup dan teratur b. Pola makan yang sehat dan pikiran yang tenang (a peacefull mind). c. Dalam segala hal jangan berlebihan. d. Didukung oleh kondisi lingkungan yang menunjang : bersih dan tidak tercemar polusi, serta layanan kesehatan yang memadai. Namun perlu diingat bahwa munculnya penyakit degeneratif pada lansia membutuhkan waktu yang panjang tidak timbul dengan tiba - tiba , maka pola hidup sehat / pencegahannya pun harus dimulai sedini mungkin sejak usia muda, dengan upaya yang konsisten dan terus-menerus. Sangatlah terlambat kalau upaya – upaya tersebut diatas dilakukan menjelang usia lanjut bahkan pada usia lanjut. Kendala yang dihadapi terhadap upaya-upaya pencegahan ini, diantaranya adalah Inkonsistensi, ketidakdisiplinan, ketidakpatuhan serta kebosanan. oleh : dr. Kuswantoro, M.Kes (Kabid PPSDM)
EmoticonEmoticon