Senin, 08 November 2010

Bindeng, Pilek hingga Kanker

Pengobatan Ust. Galih Gumelar - Kebanyakan atau malah semua orang pernah bersuara sengau (bindeng). Saat flu berat, misalnya, suara biasanya jadi tidak normal. Kadang, kita bergurau dengan menyengaukan suara. Tapi, apa sesungguhnya sengau atau bindeng itu?
Menurut dr Irwan Kristyono SpTHT-KL, bindeng (rhinolalia) adalah keluarnya suara yang tak seperti biasa. Gejala tersebut biasanya muncul saat seseorang menderita flu berat. Pria, wanita, anak-anak, dan orang dewasa bisa mengalaminya.
''Karena banyaknya sekret yang menutupi hidung, sinus paranasal jadi tak berfungsi optimal,'' katanya. Padahal, salah satu fungsi sinus paranasal di hidung adalah menggemakan suara.
Menurut dokter spesialis THT RSU dr Soetomo itu, warna suara tak hanya dibentuk dari pita suara. Rongga di wajah, terutama di bagian mulut dan hidung, juga berpengaruh. Jika ada hal yang membuat rongga di hidung dan mulut buntu, suara yang keluar akan sengau.
Ada dua jenis bindeng. Yakni, aperta dan oklusa. Sengau oklusa terjadi akibat sumbatan benda cair atau padat. ''Sumbatan benda cair, antara lain, terjadi ketika kita pilek berat,'' ungkap Irwan. Sumbatan benda padat bisa berupa tumor, polip, atau benda asing yang sengaja atau tidak sengaja masuk ke hidung.
Bindeng aperta terjadi akibat kelumpuhan anatomis atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. Menurut ketua divisi rinologi RSU dr Soetomo-FK Unair tersebut, kelumpuhan anatomis itu tak disebabkan trauma. Yang paling sering, itu terjadi karena stroke.
''Stroke tak hanya memengaruhi saraf di kepala. Saraf yang memelihara otot di langit-langit juga ikut lumpuh,'' terang Irwan. Akibatnya, pengucapan huruf seperti "ng" atau huruf lain yang menggunakan otot di langit-langit jadi tak normal.
Bindeng aperta juga terjadi bila ada kerusakan struktur anatomi. Misalnya, penyakit ozaena (rhinitis chronic atrophy). Penyakit itu jarang terjadi, tapi sangat bahaya. Sebab, penyakit tersebut menggerogoti struktur dalam hidung. ''Akibatnya, tulang rawan hidung berlubang dan rusak berat. Itu juga membuat suara jadi bindeng,'' jelasnya.
Irwan menyatakan, penanganan bindeng bergantung penyebabnya. Untuk bindeng oklusa, penyebab bindeng disembuhkan lebih dulu. Jika pilek sembuh, dengan sendirinya suara kembali normal. Tapi, bila penyebabnya polip, harus dioperasi.
''Kalau disebabkan kanker nasofaring atau hidung, bindeng ditangani sesuai stadium. Itu bisa berupa operasi pengambilan tumor kalau masih stadium awal. Jika sudah stadium lanjut, bisa dilakukan radioterapi dan kemoterapi,'' terangnya.
Hal serupa terjadi pada bindeng aperta. Dokter 47 tahun tersebut mengungkapkan, bila penyebabnya infeksi, infeksi disembuhkan lebih dulu. Lalu, pasien bisa menjalani operasi rekonstruksi untuk mengganti tulang rawan yang berlubang dan rusak.
Hal yang sama dilakukan bila penyebab bindeng adalah stroke. Penyakit tersebut harus disembuhkan lebih dulu. Kemudian, pasien bisa menjalani serangkaian terapi, terutama speech therapy. ''Khusus stroke, speech therapy biasanya dilakukan oleh spesialis rehabilitasi medis,'' katanya. Ada speech therapy di Poli Audiologi RSU dr Soetomo. Itu ditujukan khusus untuk pasien penyakit infeksi hidung dan langit-langit.

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon